Informasi

  • Market Update: Second Half Overview
    July 15, 2020 11:18

    Key Points :

    ·         Perkembangan Gelombang Lanjutan Coronavirus, Harapan Vaksin

    ·         Pemulihan Ekonomi Yang Lebih Lama

    ·         Masif QE, Likuiditas Global Meningkat

    ·         Volatilitas Meningkat Menjelang Pemilu AS

    ·         Konflik AS - China


    Perkembangan Global

    Pergerakan pasar keuangan dan perekonomian riil saat ini mengalami divergensi atau fenomena Decoupling. Memburuknya ekonomi akibat covid-19 membuat perekonomian terpukul sementara nilai aset keuangan justru mengalami peningkatan. Naiknya nilai aset keuangan merupakan respon dari kebijakan Quantitative Easing yang menyebabkan likuiditas dipasar menjadi berlebih. Pasar modal cukup optimis dengan stimulus QE dan ekspektasi “new normal economy”. Namun, investor kembali khawatir terhadap ancaman gelombang lanjutan kasus coronavirus yang kini mulai terlihat dari kenaikan jumlah kasus di Amerika. Jika second wave ini terbukti maka pemulihan ekonomi akan kembali terancam.

    Di semester kedua tahun ini, Global isu masih akan berkaitan dengan coronavirus hingga vaksin ditemukan. Negara-negara di dunia saat ini sedang berlomba-lomba untuk menemukan vaksin corona. Sentimen positif datang dari Gilead Science Inc, perusahaan farmasi besar asal AS yang menemukan obat virus corona. Uji coba dari obat remdesivir menunjukan perkembangan yang positif dalam menurunkan tingkat kematian. Beberapa sumber mengatakan kemungkinan vaksin paling cepat ditemukan pada awal tahun 2021. Sehingga volatilitas pasar diperkirakan masih akan meningkat ditengah isu ini ditambah pemilu di AS serta perseteruan antara AS " China yang terus berlangsung.


    Prospek Ekonomi Domestik 2H20


    Ekonomi domestik mengalami pertumbuhan yang mengecewakan di 1Q20. Ekonomi hanya tumbuh 2.97% y-y (vs. 5.07% y-y 1Q19) seiring dengan lemahnya konsumsi masyarakat yang memiliki kontribusi sekitar 55% terhadap total PDB. Kondisi pada tahun ini berbeda dengan tahun 2019 dimana pada tahun tersebut merupakan tahun politik. Pada tahun 2020 ekonomi global diambang resesi bahkan krisis yang disebabkan oleh pandemi covid-19. Kemenkeu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 minus 3.8% y-y atau -0.4% sampai 1.1% pada semester I tahun ini.

    Pemberlakuan PSBB dilakukan pada akhir maret dan dibuka secara bertahap dibulan Juni lalu. Sehingga, pertumbuhan ekonomi di Kuartal II akan menjadi level pertumbuhan terendah tahun ini didukung oleh anjloknya neraca dagang, lemahnya inflasi, serta sektor manufaktur yang terkontraksi cukup dalam. Namun, saat ini ekonomi sudah kembali dibuka sehingga perekonomian di semester II akan berangsur pulih. Dilain sisi, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah menyetujui tiga skema Burden Sharing sebagai pembiayaan dalam mendukung pemulihan ekonomi akibat covid-19.


    Arah Suku Bunga BI7DRR Masih Akan Turun

    Kondisi ekonomi global yang diambang resesi hingga krisis membuat tingkat pengangguran di AS mendekati level 15%. Kondisi tersebut merupakan level tertinggi sejak Great Depression 25.6% tahun 1930. Solusi yang sama diberikan seperti pada saat mengatasi krisis keuangan global 2008 atau subprime mortgage crisis dimana pelonggaran moneter melalui suku bunga rendah mendekati 0% dan dukungan kebijakan QE. FED dalam jangka panjang masih akan menahan level tingkat bunga rendah. FED juga melakukan kebijakan Quantitative Easing (QE) yang lebih ekstrem tahun ini dengan melakukan pembelian surat utang secara tak terbatas.

    Merupakan sentimen positif bagi BI untuk lebih agresif melakukan pelonggaran moneter ditengah melambatnya ekonomi domestik. Dampak dari kebijakan bank sentral AS diatas akan menyebabkan likuiditas global berlebih dan pelemahan nilai dollar. Sehingga arah nilai tukar rupiah memiliki kecenderungan untuk menguat. Diperkirakan tingkat suku bunga BI7DRR akan turun dibawah 4.00% hingga akhir tahun 2020.


    Perkiraan Pasar


    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah rebound sekitar 24.8% dari level terendahnya pada 24 Maret lalu menjadi 4,914 (30/6). Tak hanya dipasar saham, rally juga terjadi di pasar obligasi yang mana yield rata-rata surat utang pemerintah tenor 10 tahun kini telah turun ke level 7.2% (30/6) dari titik tertingginya di 8.4% Maret lalu. Naiknya nilai aset berisiko disebabkan ekspektasi perbaikan ekonomi kedepan seiring mulai dibukanya kembali perekonomian serta kondisi likuiditas global yang melimpah sehingga mendorong capital inflow ke pasar domestik. Beberapa indikator ekonomi yang rilis untuk periode Juni lalu juga tercatat positif seperti indeks manufaktur global maupun domestik yang mengalami perbaikan. Diperkirakan pasar saham masih akan menguat ke level 5,500-5,700 sementara yield obligasi rata-rata 10 tahun pemerintah akan dibawah 6.9% di akhir tahun 2020.

     



    (Disclaimer On)



  • PRODUK
    FEF FOSTER EQUITY FUND
    FFI FOSTER FIXED INCOME
  • RISET
    December 04, 2023 09:37
    Di Amerika Serikat (AS), Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada hari Jumat bahwa bank sentral akan bertindak "hati-hati"
    July 24, 2023 09:27
    Di tengah kondisi lingkungan geopolitik yang kompleks dan momen pemulihan pasca Covid-19, China berada di kondisi ekonomi yang kurang baik. Serangkaian