The FED secara mengejutkan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 50bps menjadi 1,25%. Bukan tanpa alasan, wabah coronavirus (COVID-19) hingga saat ini terus meningkat dan belum ditemukan vaksin. Dalam pernyataannya, FED mengungkapkan perekonomian AS saat ini masih cukup kuat, namun dampak virus corona terhadap ekonomi AS tidak menentu dan berubah-ubah.
Coronavirus membuat membuat kekhawatiran global meningkat. China merupakan salah satu partner dagang terbesar negara-negara di dunia. Wabah coronavirus membuat terjadinya disrupsi terhadap rantai pasokan global (global supply chain) karena China memiliki share manufaktur yang cukup tinggi terhadap dunia. Kondisi saat ini berbeda dengan SARS 2002-2003 silam dimana kontribusi manufaktur China terhadap dunia belum begitu besar seperti sekarang.
Tak hanya manufaktur yang terganggu, sektor lain seperti pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang cukup berat saat ini terutama bagi negara-negara yang sangat tergantung pada sektor pariwisatanya seperti Thailand dan Filipina. Namun peluang selalu ada, sektor healthcare sangat diuntungkan dengan kondisi saat ini.
Pelonggaran moneter yang dilakukan oleh AS merupakan hal yang wajar ditengah ancaman perlambatan ekonomi global hingga ancaman terjadinya resesi jika wabah virus corona berkepanjangan. Terlebih, ruang fiskal bagi AS sudah terbatas sehingga penurunan suku bunga oleh FED kemungkinan akan diikuti oleh negara-negara lainnya tak terkecuali Indonesia. Bahkan kami memperkirakan pemangkasan suku bunga AS juga dapat berlanjut di kuartal II hingga 25-50bps jika wabah virus corona belum teratasi dalam 1-2 bulan kedepan. Sehingga, pemotongan suku bunga yang dilakukan AS saat ini dapat menjadi peluang bagi BI untuk mengikuti kebijakan yang sama ditengah ancaman perlambatan ekonomi domestik. Kami perkirakan BI7DRR akan turun 25bps pada bulan ini.
Disclaimer On